11.10.2008

Renungan Buat Calon Mempelai

Untuk Calon Suamiku, renungkanlah...

Pernikahan menyingkap tabir rahasia

Sesungguhnya istri yang akan engkau nikahi
Tidaklah semulia Khadijah Khuwailid
Tidaklah setaqwa Aisyah Al Humairo'
Pun tidak setabah Fatimah Az Zahro

Justru istrimu hanyalah wanita akhir zaman yang berasa menjadi sholihah

Pernikahan mengajari kita kewajiban bersama

Istri menjadi bumi dan engkau langit yang menaunginya
Istri dikiaskan sebagai ternak dan engkaulah gembalanya
Istri adalah makmum dan engkau imamnya
Saat istri menjadi madu, teguklah sepuasmu
Ketika istri menjadi racun, tawarkanlah bisanya
Istri adalah tulang yang bengkok, berhati-hatilah bila meluruskannya

Pernikahan menyadarkan kita

Tentang perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar merenda kesabaran
Dalam meraih Ridho Allah Ta'ala
Karena memiliki istri yang tak sebaik Ummahatul Mukminin
Justru akan menyadarkan dirimu dari khilaf

Engkau bukanlah Rasulullah SAW
Bukan pula Imam 'Ali Karomallahu wajhah
Namun engkau adalah...
Suami akhir zaman yang berusaha untuk menjadi sholih

Kenapa masih mengharap istri sekaya Balqis jika diri tak sedermawan Daud
Kenapa mengharap istri secantik Zulaikhah jika diri tak setampan Yusuf
Kenapa mengharap istri semulia Khodijah jika diri tak semulia Rasululloh


Dan Untuk Calon Istri, renungkanlah...

Pernikahan membuka tabir rahasia

Sesungguhnya suami yang menikahimu
Tidaklah semulia Muhammad ibn Abdullah
Tidaklah setaqwa Ibrahim 'Alaihissalam
Tidak pula setabah Ayyub 'Alaihissalam
Atau pun segagah Musa 'Alaihissalam
Apalagi setampan Yusuf 'Alaihissalam

Justru suamimu hanyalah lelaki akhir zaman yang berasa membangun keturunan yang sholih

Pernikahan mengajari kita kewajiban bersama

Suami sebagai rumah dan engkau penghuninya
Suami adalah nahkoda dan engkau navigatornya
Suami bagaikan anak kecil yang nakal dan engkau adalah penuntun kenakalannya
Saat suami menjadi raja nikmatilah kemegahan singgasananya
Ketika suami menjadi bisa tawarkanlah racunnya
Seandainya suami menjadi pengemudi yang lancang sabarlah saat memperingatkannya

Pernikahan menyadarkan kita

Tentang perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar merenda kesabaran
Dalam meraih Ridho Allah Ta'ala
Karena memiliki suami yang tak sebaik para Anbiya'
Justru akan menyadarkan dirimu dari khilaf

Engkau bukan Khodijah yang begitu sempurna dalam menjaga
Bukan pula Ibunda Hajar yang sangat setia dalam sengsara
Namun engkau adalah...
Istri akhir zaman yang berusaha untuk menajdi sholihah

Kenapa menginginkan suami seteguh Ibrahim jika diri tak setabah Hajar
Kenapa menginginkan suami setampan Yusuf jika diri tak secantik Zulaikhah
Kenapa masih menginginkan suami semulia Rasululloh jika diri masih jauh dari sifat Khodijah dan Aisyah


Ya Robby,
Hidup hanya sekali, izinkanlah hamba menjadi Mujahidah
Dan mati hanyalah sekali, izinkan hamba menjadi Syahidah
Amin

Kepercayaan VS Keyakinan


3 Nopember 2008 » Pelangi

Penulis : Ita Fitriah Syairi

Majelis Ta’aruf Klab Santri : Ya ALLAH, tunjukilah pada kami yang baik itu tampak baik dan berilah kami kemampuan untuk melaksanakannya. Dan tunjukilah pada kami yang buruk itu tampak buruk dan berilah kami kemampuan untuk menjauhkannya. Aamiin.

Pernikahan kami sudah di depan mata. Alhamdulillah persiapannya pun sudah hampir 50%. Kendala selama ini memang ada, tetapi masih dalam batas yang sangat normal. Sampai ujian yang lain pun datang, karena mungkin Allah ingin membimbing kami yang masih bodoh, egois, pemarah, sombong, dan masih banyak lagi sifat kami yang belum baik sebagai pemberi tauladan nantinya.

Suatu ketika, dari pihak laki-laki memberitahukan untuk memohon pengertian dari pihak perempuan untuk bisa merubah kesepakatan hari dan tanggal yang sudah kedua belah pihak sepakati dengan alasan ternyata menurut kepercayaan mereka tanggal itu tidaklah baik untuk dilangsungkannya pernikahan.

Kronologis penentuan tanggal pun sebenarnya pihak laki-laki menyerahkan kepada pihak perempuan, tetapi kemudian pihak laki-laki mengajukan suatu tanggal kepada pihak perempuan bahwa berdasarkan perhitungan dan konsultasi pihak laki-laki bahwa tanggal X adalah tanggal yang terbaik (masih pada bulan haji, bukan hari kelahiran calon suamiku, bukan hari wafatnya ayah calon suamiku, dan juga bukan hari wafatnya ibuku).

Hal ini cukup mendapatkan perhatian khusus dari keluargaku, bukan hal yang mudah karena kami mempunyai keyakinan semua hari dalam Islam itu baik. Menikah itu tidaklah sulit, jangan pula dipersulit. Kami menjadi bingung dan ada perasaan seperti kurang dihormati oleh pihak laki-laki.

Alhamdulillah, kami dari pihak perempuan akhirnya mengalah. Kami menikah (akad) seminggu sebelum resepsi, karena ternyata dari pihak katering tidak bisa merubah hari yang telah ditentukan. Kerepotan dan biaya yang kami keluarkan juga menjadi bertambah. Inilah pelajaran yang kuterima dari perjalananku yang ingin membina rumah tangga baru.

Aku di keluargaku sangat diterima baik atas apapun yang terjadi. Kami memang bukan orang kaya dan sudah tidak mempunyai Ibu lagi, tapi kami punya banyak saudara yang selalu mau mendengar kesulitan apalagi kebahagiaan dari saudara-saudaranya. Namun, calon suamiku mendapatkan perlakuan yang sangat berbeda denganku.

Kepercayaan dia dengan keluarganya berbeda, dan dia cukup dikucilkan dari keluarganya sendiri. Calon suamiku mendapatkan perbedaan kasih sayang dan perhatian dari orangtua yang sangat jelas, baik sebelum apalagi sesudah peristiwa itu. Bahkan dari pihak laki-laki pun mengancam untuk tidak mau datang jika dia tidak berhasil merubah tanggal yang sudah ditentukan.

Allah… Semoga usahaku untuk bisa menjadi istri yang baik dan usaha calon suamiku untuk menjadi suami yang baik sudah mulai terproses dan selalu mendapatkan RidhaMU.

Terima kasih untuk seluruh perhatian, pengorbanan psikis dan materil, keikhlasan untuk mengalah, kesabaran, dan lain-lain yang telah seluruh saudaraku lakukan. Semoga Allah selalu menjaga semua yang sudah baik yang kita miliki dan membimbing untuk bisa lebih baik lagi dalam berbuat dan berkata-kata.

Fatimatuzzahra Azka Ghulwani

Fatimatuzzahra Azka Ghulwani
iiih anak ummi.... lucunya....